- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Entri yang Diunggulkan
Diposting oleh
ACO NASIR
pada tanggal
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sumber gambar: kemdiktisaintek.go.id |
Share on Facebook
Share on WhatsApp
Ruangdosen.site, 16 Desember 2024 – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan
Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menghadiri Pameran Hasil Riset,
Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA) Institut Teknologi Bandung
(ITB). Acara yang berlangsung di Aula Timur dan Barat ITB ini menjadi momen
penting untuk membahas langkah-langkah strategis dalam menciptakan budaya
ilmiah unggul di Indonesia.
Dilansir dari kemdiktisaintek.go.id
Dalam pidatonya, Stella Christie menegaskan bahwa budaya ilmiah yang
unggul tidak muncul secara spontan. Sebaliknya, ia harus dibangun melalui kerja
sama berbagai pemangku kepentingan. “Kompetisi dan kolaborasi adalah tulang
punggung. Tanpa keduanya, kita tidak bisa mewujudkan budaya ilmiah unggul,”
ujar Stella.
Baca juga: Pahami Tentang Sertifikasi Dosen dan Besaran Tunjangannya
Insentif sebagai Pendorong Kompetisi dan Kolaborasi
Untuk mewujudkan budaya ilmiah yang kompetitif dan kolaboratif, Stella
mengusulkan pemberian insentif yang bersifat finansial maupun nonfinansial.
Insentif finansial, menurutnya, dapat berupa bantuan dana langsung kepada
peneliti utama (principal investigator). Stella mencontohkan praktik di
Tiongkok, di mana insentif finansial mencapai 15-20 persen dari total pendanaan
penelitian. “Tanpa insentif, peneliti tidak bisa melakukan penelitian yang
kompetitif dan unggul,” tambahnya.
Selain insentif finansial, Stella menekankan pentingnya insentif
nonfinansial. Salah satunya adalah penyederhanaan proses administrasi. “Proses
administrasi seharusnya memfasilitasi penelitian, bukan membatasi peneliti.
Peneliti adalah pihak yang paling memahami topik yang sedang diteliti, jadi
mereka tidak perlu dibebani dengan proses administrasi yang rumit,” jelas
Stella.
Stella juga menyebutkan bahwa universitas dapat memberikan dukungan tambahan
dalam bentuk pengemasan hasil riset. Dengan bantuan ini, hasil penelitian dapat
dipublikasikan secara lebih efektif. Selain itu, Stella menekankan pentingnya
sistem peninjauan (review) yang kredibel dan transparan, seperti metode
double-blind review. Dalam metode ini, reviewer tidak mengetahui identitas
penulis proposal, begitu pula sebaliknya, sehingga dapat meminimalkan bias.
Kolaborasi untuk Menciptakan Ekosistem Riset Unggul
Stella menyoroti bahwa berbagai strategi ini hanya dapat berjalan dengan
kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga terkait, dan universitas.
“Kementerian membutuhkan dukungan dari lembaga lain, kementerian terkait, serta
universitas untuk menciptakan ekosistem riset yang unggul,” ujarnya. Kolaborasi
ini mencakup pembuatan sistem insentif finansial, pengembangan sistem review
melalui regulasi, hingga penyederhanaan proses administrasi oleh universitas.
Ia juga menekankan hubungan timbal balik antara pemerintah dan perguruan
tinggi dalam menciptakan ekosistem penelitian yang produktif. “Hasil penelitian
yang unggul merupakan aset negara. Negara yang maju dalam bidang ekonomi tidak
terlepas dari peran peningkatan sains dan teknologi. Tanpa budaya ilmiah yang
unggul, kita tidak bisa pula mencapai ekonomi yang unggul,” tegas Stella.
Melalui strategi yang diusulkan oleh Stella Christie, langkah menuju budaya ilmiah unggul di Indonesia menjadi lebih jelas. Dengan mengedepankan kompetisi, kolaborasi, serta pemberian insentif yang efektif, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan kontribusinya dalam dunia riset global dan membangun ekonomi berbasis pengetahuan yang kokoh.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Perkenalkan, blog saya adalah ruang untuk berbagi cerita, informasi, dan wawasan. Dengan tujuan menginspirasi dan memperkaya pengetahuan, blog ini hadir untuk menjalin koneksi, berbagi pengalaman, dan memberikan nilai tambah bagi setiap pembaca."
Komentar
Posting Komentar